Jumat, 02 Januari 2015

Seminar parenting : Mengenalkan Aqidah Pada Buah Hatiku


(shawl by GDa'S by Ghaida, blazer by XSML, skirt by MEDINA ZEIN)

(ceritanya Candid, padahal.. Bener! hihi untung candidnya gak olohok (apakah ini?))

(with ibu Nia and ibu Julia)


Alhamdulillah tgl 27 Desember 2014, gda mendapatkan kesempatan untuk menjadi salah satu pembicara di acara seminar parenting yang diadakan oleh Yayasan Darul Hikam, Bandung, dengan tema : Mengenalkan Aqidah pada Buah Hatiku.
Sejujurnya, sewaktu diminta oleh panitia, gda sempat ragu karena gda merasa, gda masih sangat belajar untuk menjadi orang tua, anak-anak pun masih pada kecil-kecil, jadi dari segi pengalaman dan ilmu pasti akan berbeda jauh dengan yang anak-anaknya sudah besar-besar dan sukses. Tadinya tidak akan terima, tapi setelah difikir-fikir, mungkin ini adalah kesempatan dari Allah untuk gda belajar, sekaligus berbagi pengalaman. Alhamdulillah, dan benar saja gda dapet ilmu dari narasumber lain yang Masha Allah ilmu parentingnya banyak sekali.
Ada yang bilang, “ Tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua, menjadi Ayah maupun Ibu, yang ada adalah kita selalu belajar untuk menjadi orangtua”. Iya betuuuul sekali, harus mau belajar dan belajar. Karena ternyata setiap episode itu berbeda-beda, berikut persoalan dan solusinya. Terkadang kita berfikir A, ternyata yang terjadi B, dan lainnya. Dan sepertinya memang tidak bisa disamakan dalam menangani anak “jaman sekarang” dengan jaman sebelumnya, namun Alhamdulillah kita sebagai muslim, diberi tuntunan dan contoh yang maha Dahsyat, yaitu Al Quran dan Hadist, dan panutan kita Rasulullah SAW.
Di seminar ini, yang menjadi Narasumber selain gda adalah Bapak Sodik Mujahid, Ibu Nia, dan Ibu Julia. Disini seperti di ingatkan kembali, sebetulnya apa hal paling mendasar dalam mendidik Anak dalam Islam. Bapak Sodik bilang, potensi anak yang sempurna yang diberikan Allah SWT itu seperti pohon, dengan Aqidah (Iman yang kokoh) sebagai akarnya, ilmu dan amal yang Soleh sebagai batangnya (jalan hidupnya), sehingga dia bisa seperti pohon yang selalu berbuah, yaitu bermanfaat bagi sesama. Kita terkadang ingat bahwa anak adalah titipan dari Allah, kita sibuk merawat dan mendidiknya dengan berbagai target yang bersifat “duniawi” namun sebetulnya yang paling mendasar dan penting adalah Aqidah itu tadi. In sha Allah kalo Qolbu (hati) nya baik, baik juga semuanya. Unsur Qolbu itu ada potensi iman (SQ), potensi nafsu (EQ), dan potensi nalar (IQ) yang mana semua ini harus seimbang. Terasa memang, ketika tiga hal ini tidak seimbang, misalnya ketika kita sibuuuk sekali dengan fikiran kita yang disangkut paut kan dengan logika, ketika kita merasa semua permasalahan bisa difikir dengan logika, terkadang justru kita merasa stres dan tertekan. Padahal tidak semua hal bisa difikir dengan logika, yang mana itu adalah rahasia Allah, maka dari itu kita wajib bertawakkal.
Dari Narasumber lainnya, yaitu Ibu Nia dari yayasan konseling Darul Hikam, gda mendapatkan ilmu kalau ternyata anak balita itu tidak bisa diajarkan dengan nasihat atau omelan omelan yang bertubi-tubi. Memang sih, jujur deh, seumuran Nifaa ini (4 tahun) tingkah lakunya sangat membuat gemas terkadang. Terkadang sensitif sekali, tidak mau diatur, suka mencari alasan, dan hal lainnya yang membuat otak ini berfikir berulang-ulang, gimanaaa caranya supaya mau (mandi misalnya, atau makan, atau shalat). Ya ternyata balita memang tidak bisa dilarang, tidak bisa menggunakan kata “TIDAK” yang ada adalah dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Sampai pernah suatu waktu, nifaa suliit sekali untuk diminta foto endorsement (biasanya juga harus ada rayuan rayuan hehe), alhasil gda bilang begini, “ nifaa jangan senyum jangan lihat kamera ya!” dan dia melakukan hal sebaliknya! Hahahaha. GMZ deh. Untuk mengajari balita juga, baiknya adalah lewat contoh dan teladan, misalnya kita sebagai orangtua menyuruh mereka untuk shalat dan mengaji, tapi kita tidak melakukannya? Jangan harap mereka mau nurut deh. Ada juga cara lain dalam mengajari balita, yaitu dengan memberi mainan yang edukatif dan mereka suka, beri pujian sewaktu mereka melakukan kebaikan, beri ruangan atau space khusus untuk mereka berkreasi ( ini benar sekali, karena jujur saja gda sudah pasrah ketika rumah baru kami sekarang tembok nya penuh dengan prakarya anak anak hihihi, sudah tidak mulus lagi, yah namanya juga ada 3 balita di rumah (elus dada) ) jadi sekarang langsung deh prepare tembok khusus corat coret.
Narasumber berikutnya adalah ibu Julia, Ma sha Allah beliau adalah guru sekaligus pendiri salah satu TK di Bandung. Beliau bilang bahwa  yang menjadi prioritas kita sebagai orang tua dalam mendidik anak anaknya adalah pada saat anak baru lahir hingga SMA. Ketika bekal Aqidah, Akhlak dan ilmunya kuat, in sha Allah ketika dia dewasa nanti, dia akan lebih mudah menjalani hidupnya (tapi bukan berarti kita lepas tanggung jawab yaa setelah mereka kuliah nanti). Tidak ada anak yang malas belajar, semua anak itu hakikatnya senang belajar. Jika dia malas belajar, berarti ada sesuatu (faktor luar) sebagai pencetusnya. Kerasa banget deh, di usia segini (26 tahun) dengan dititipi 3 orang anak, terasa tidak mudah dalam mengolah emosi, fikiran, dan tenaga. Karena keinginan, obsesi dan ambisi sedang tinggi namun harus berusaha “meredam” ego tersebut karena dititipi amanah yang lebih besar.  Tapi gda yakin, perjuangan ini tidak akan sia-sia, Bismillah. Pesan ibu Julia yang paling gda ingat adalah kita harus selalu TAWADHU (rendah hati) sehingga kita mau terus belajar tanpa merasa lebih dari yang lainnya, dan selalu BERSYUKUR karena bagaimanapun kita berusaha, sebetulnya Allah lah yang menolong kita. Dan kedua hal ini harus kita tanamkan kepada anak-anak kita. Anak-anak kita pun harus kita kenalkan tentang diri mereka sendiri, tentang siapa Rabbnya, darimana berasal, mau kemana, bagaimana cara kita hidup, dan tujuan hidup ini apa (tidak lain dan tidak bukan adalah untuk IBADAH).
Menurut pengalaman pribadi, menghadapi anak anak itu berbeda-beda sesuai dengan tahapan perkembangan umur dan tingkat kematangan. Tentu berbeda dalam menangani Nifaa yang sudah 4 tahun, dengan Ziran dan Zirin yang masih berumur 1.8 tahun (yang jelas mereka sama sama balita, dan lagi meumeujeuhna (nah lho! apakah ini? hihihi ) Menjadi seorang ibu itu, tidak hanya di tuntut untuk bisa merawat dan mendidik, tapi juga belajar untuk mengelola emosi dan fikiran. Terkadang rasanya tubuh lelah dan sepertinya sudah 5 watt, tapi fikiran di tuntut untuk tidak ikut lelah, karena jika fikiran dan emosi sudah susah berfikir positif, bawaannya ingin marah-marah dan khawatir anak anak menjadi korban pelampiasan (padahal mereka salah apa?) dan biasanya, ketika kita "GALAU" yang inginnya kita diperhatikan / anak anak mengerti, eh malah anak anak biasanya ikut "REWEL" alias galau juga. hehehe!
ohya, pada saat seminar, ada ibu-ibu yang bertanya bagaimana menangani anak di usia remaja? Karena anak-anak masih pada kecil, jadi memang gda belum punya pengalaman dalam menangani anak diusia remaja. Tapi Alhamdulillah, gda dididik oleh orang tua dengan cara yang demokratis. Orangtua hampir tidak pernah memarahi gda dengan penuh emosi dan melarang ini itu (bahkan untuk pilihan pekerjaan, jalan hidup pun orang tua tidak pernah memaksakan kehendak mereka), semua diserahkan kepada gda. Tentunya tidak diserahkan begitu saja, tapi melalui diskusi-diskusi, pengalaman, dan pembelajaran. Biasanya dalam setiap diskusi, bapak/mamah bilang, "kira-kira menurut ghaida, Allah suka tidak? banyak mudhorotnya ataukah manfaatnya?" itu saja yang menjadi pertimbangan (padahal justru pertanyaan seperti itu berat sekali, karena tanggung jawabnya dunia dan akhirat). Alhamdulillah gda jadi seperti diajak "mikir" dan bertanggung jawab pada setiap apapun yang gda lakukan, dan gda sampai saat ini masih belajar untuk lebih menjaga amanah dan bertanggung jawab dengan setiap keputusan yang diambil.

Baiklah, semoga tulisan ini bermanfaat ya! bagi teman-teman yang sudah dititipi amanah berupa anak, tetap semangat! semangat belajar, memperbaiki diri, dan beramal. Semoga anak-anak kita memang menjadi jalan kita untuk bahagia di dunia dan akhirat. ^^ bagi teman-teman yang belum dititipi anak, jangan jadi takut atau bersedih, karena setiap orang sudah ada garis takdir masing-masing. Semua Episode kehidupan kita, tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai JALAN kita beribadah kepadaNya. Bismillah..

2 komentar: