Innalillahi wainna ilaihi rojiun, beberapa hari yang lalu
ada seorang sodara meninggal dunia di usia yang cukup senja dan meninggal
karena penyakit jantung. Baru saja gda ngobrol sama Ustadzah di liqo, kalau
ternyata datang ke tempat orang meninggal hukumnya fardhu Kifayah. Ternyata
selain kita bersilaturahmi, in sha Allah selalu ada hikmah dan pelajaran yang
bisa kita dapatkan.
Ngobrol-ngobrol dengan keluarganya, tanpa sadar gda juga
ikut meneteskan airmata. Pasti rasanya berat banget untuk keluarga terutama
istrinya, ditinggalkan oleh orang yang bagi mereka seorang ayah yang penyayang,
humoris, rajin bersilaturahmi, dan banyak kebaikan lainnya. Istri beliau cerita
kalau betapa hatinya sangat sesak ketika,
“Ma.. Ma.. kadieu atuh (kesini dong), hingga ke 7 kali
menelepon“ kata suaminya ketika masih di dalam ruangan rumah sakit. Beliau
memang dirawat beberapa hari karena penyakit jantung.
“Sakedap bapa, bade nyeuseuh heula (mau nyuci baju dan bawa
salin dulu, karena kan berhari-hari di RS)”, kata istrinya.
Sewaktu istri beliau pergi, sang kakek ditunggui oleh anak
dan saudarinya. Walaupun dalam keadaan sakit, beliau selalu humoris, sampai-sampai
anaknya bilang,” bapa mah atuh nuju gering teh meuni seuseurian bae, siga nu
teu gering” (bapa sakit malah tertawa dan ngebodor terus, seperti yang tidak
sedang sakit). Kalau ada yang mengirim kue atau makanan selalu bilang,”sok
bagikeun iyeu emameun ka suster atawa nu sanes, da abdi mah teu tiasa nga
emam”. Betapa beliau selalu berbagi dalam keadaan apapun, baik itu sehat maupun
sakit. Dan selang beberapa waktu kemudian, sang kakek seperti gelisah dan
seperti kaget! Ternyata mungkin beliau sedang proses sakaratul maut. Akhirnya
saudari sang kakek menghubungi sang istri, mengabarkan bahwa sang kakek sudah
hampir tiba waktunya. Sang istri berjalan terseok seok karena memang terkena
penyakit yang menyerang kakinya, berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju
ruangan suaminya yang jaraknya tidaklah dekat, sambil hati begitu sesak,
mengetahui suaminya sedang berjuang menghadapi sakaratul maut, ingin menemani
tapi mau lari gak bisa. Ya Allah membayangkannya saja hati menjadi sesak! Dan
sewaktu beliau datang, ternyata suaminya sedang di pompa! Beliau bercerita
betapa menyesal dan sesak hatinya ketika ingat ini, ingin sekali menemani, tapi
tidak bisa. Hikmah yang gda dapatkan adalah sebisa mungkin temani orang yang
kita cintai ketika sakit dan membutuhkan kita.
Sang kakek adalah orang yang begitu rajin silaturahmi,
kata-katanya selalu menghibur orang yang didekatnya, sangat menyayangi anak dan
cucunya, selalu bersyukur dan tersenyum padahal ada saat-saat beliau sulit
secara ekonomi, sehingga para keluarga dan kerabat begitu merasa kehilangan dan
mereka berlomba bercerita betapa baiknya sang kakek. Wajahnya bersiiih sekali
ketika meninggal, seperti tersenyum. Semoga Husnul Khatimah, Allah menempatkan
kakek di tempat terindah disisi Nya, amal ibadah kakek diterima oleh Allah J
Ini menjadi renungan buat gda pribadi, jadi membayangkan
bagaimana ketika gda meninggal nanti. Kesan apa yaaa yang akan diingat oleh
keluarga dan kerabat. Apa mereka akan merasa kehilangan? Apa bekal amal cukup?
Semoga bisa husnul khotimah. Aamiin.
aminnn, semoga qta khusnul khotimah teh....aminnnn
BalasHapusSemoga almarhum husnul khatimah, aamin.
BalasHapusCeritanya jadi bahan renungan yang bagus, saya suka.
salam
Amiin, semoga khusnul khotomah
BalasHapusSedih, jadi kangen bapak ibuk yang diluar kota.